0
Sunday 21 January 2018 - 01:39
Gejolak Bahrain:

Laporan: Perlakuan Rezim Bahrain terhadap Ulama Sangat Kasar

Story Code : 698525
Ulama Bahrain.jpg
Ulama Bahrain.jpg
Laporan tersebut, yang disiarkan Sabtu (20/1) oleh Salam for Democracy and Human Rights, sebuah kelompok kampanye HAM yang berbasis di Inggris, mengatakan bahwa rezim Bahrain telah melakukan 313 kasus pelecehan hak asasi manusia terhadap ulama Syiah sejak tahun 2011.

Laporan tersebut mempelajari perintah pengadilan, keputusan pemerintah dan tindakan lainnya oleh polisi dan pasukan keamanan terhadap ulama antara tahun 2011 dan 2017, mengatakan bahwa ulama di kerajaan Teluk Arab kecil di Bahrain telah dikenai berbagai bentuk pelanggaran HAM termasuk hukuman mati, penjara seumur hidup, pencabutan kewarganegaraan, deportasi paksa, penahanan sewenang-wenang dan hukuman penjara kasar lainnya.

Dikatakan bahwa para ulama Syiah, yang memiliki basis dukungan publik yang besar di Bahrain, telah sangat menderita karena penghinaan dan penyiksaan fisik akibat perlakuan pemerintah.

Laporan tersebut mengatakan bahwa sebanyak 156 ulama telah dipanggil hanya atas isi khotbah dan pidato mereka, yang menurut Manama dianggap tidak sesuai. Dikatakan meluasnya penangkapan sewenang-wenang oleh Manama telah mempengaruhi 89 ulama dalam periode tujuh tahun, sementara 50 ulama telah menerima hukuman kasar termasuk hukuman mati, hukuman seumur hidup, pembatalan kewarganegaraan atau pembayaran denda yang sangat besar. Sebagian besar yang dihukum tidak memiliki akses terhadap layanan peradilan yang tepat, katanya.

Bahrain didominasi oleh Syiah namun diperintah oleh keluarga minoritas Sunni. Sejak dimulainya demonstrasi pada bulan Maret 2011, ulama Syiah telah memberikan dukungan mereka untuk pertemuan damai sambil mengutuk segala bentuk kekerasan.

Rezim tersebut, bagaimanapun, tidak mentolerir bentuk perbedaan pendapat apapun sementara menyalahkan para ulama, beberapa di antaranya dipandang sebagai sumber provokasi, untuk kerusuhan.

Ulama Syiah di kerajaan pulau ini, Sheikh Isa Qassim, telah dicabut hak kewarganegaraannya sementara Sheikh Ali Salman, pemimpin oposisi paling senior, juga seorang ulama yang dihormati, tetap berada di balik jeruji besi seperti banyak aktivis lainnya.[IT/r]
Comment