Islam Times - Ulama Terkemuka Bahrain Mengecam Pembukaan Kedutaan Israel di Manama

IslamTimes - Ulama Syiah paling terkemuka di Bahrain, Ayatollah Sheikh Isa Qassim mengecam rezim Al Khalifah yang berkuasa karena mengizinkan Zionis Israel membuka kedutaan di ibu kota Manama, dan memperingatkan bahwa langkah tersebut sejalan dengan peran destruktif dan tidak konstruktif yang dimainkan rezim Tel Avic dalam konflik. wilayah.

Sheikh Qassim mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (9/9) bahwa peresmian misi diplomatik tersebut mewakili deklarasi perang melawan Tuhan, Nabi Muhammad (SAW) dan seluruh umat Islam di seluruh dunia.

Beliau menunjukkan bahwa “moharabah” atau “perang melawan Tuhan” adalah salah satu isu paling kritis yang harus dihadapi oleh umat beriman, dan menekankan bahwa ancaman tersebut harus ditangani dengan benar agar kebenaran dapat menang atas kebatilan dan agama Islam dapat dilestarikan. .

Pada tanggal 4 September, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menghadiri upacara resmi pembukaan kedutaan rezim tersebut selama kunjungan ke ibu kota Bahrain, Manama, yang dihadiri oleh delegasi pengusaha dan pejabat rezim.

Upacara tersebut dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif al-Zayani, yang mengatakan “kedutaan baru ini mempunyai peran penting” dalam meningkatkan kolaborasi antara kedua pihak.

Cohen dan mitranya dari Bahrain membahas cara-cara untuk memperluas kerja sama di bidang perdagangan, investasi, pertukaran teknologi, pelatihan, dan pariwisata, menurut Kantor Berita Bahrain.

Kedutaan besar di Manama akan menggantikan misi pertama yang dibuka Israel pada tahun 2021, setahun setelah menjalin hubungan diplomatik dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab sebagai bagian dari Abraham Accords yang ditengahi Amerika Serikat.

Sudan dan Maroko mengikuti langkah serupa di akhir tahun dan menandatangani kesepakatan serupa.

Tindakan ini memicu kecaman luas dari masyarakat Palestina serta negara-negara dan pembela hak asasi manusia di seluruh dunia, terutama di dunia Muslim.

Warga Palestina mengatakan kesepakatan tersebut merupakan “tikaman dari belakang” yang berbahaya dan pengkhianatan terhadap perjuangan mereka melawan pendudukan Israel yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Perjalanan Cohen ke Bahrain disambut dengan gelombang kecaman dari masyarakat Bahrain, lembaga-lembaga sipil serta komunitas agama dan politik.[IT/r]